TROPEDO.ID — Suasana haru dan penuh kehangatan terjadi di Alun-alun Taman Merdeka, Pangkalpinang, pada Minggu (1/6/2025) sore.

Tokoh muda karismatik, Basit Cinda, tengah asyik bercengkerama dengan sekelompok musisi jalanan Pangkalpinang, ketika seorang nenek pemulung datang menghampiri dengan langkah pelan dan gendongan karung berisi barang bekas.

Sebelum mendekat, si nenek sempat bertanya kepada seorang pedagang siomay di sekitar taman, memastikan siapa sosok yang dikerumuni para pengamen itu.

“Itu Bang Basit, biasa kumpul sama anak-anak yang suka ngamen,” tutur si pedagang kepada sang nenek.

Nama Basit Cinda rupanya tidak asing bagi nenek tersebut. Sebagai pemulung, ia pernah mendengar nama itu dari bosnya. Ia tahu bahwa Basit dulunya juga pernah menjadi pengepul barang bekas—masa lalu yang membuatnya merasa memiliki ikatan batin.

“Nenek tahu kalau Nak Basit dulunya orang susah juga. Pernah ngumpulin barang-barang kayak bos kami,” ucap si nenek pelan.

Mendengar kisah sang nenek, Basit langsung berdiri dan memeluknya erat. Suasana mendadak hening, beberapa musisi jalanan yang berada di sana ikut terdiam haru menyaksikan momen tersebut.

Saat mengetahui bahwa Basit kini tengah mencalonkan diri sebagai Wali Kota Pangkalpinang, sang nenek pun menyampaikan harapannya.

“Semoga tidak menertibkan kami dan melindungi kami. Agar kami dibantu supaya bisa bekerja dengan tenang,” tuturnya lirih.

Momen itu menjadi kenangan yang membekas bagi Basit. Dengan suara lembut, ia menyampaikan komitmennya untuk memperjuangkan hak dan perlindungan bagi para pemulung serta pekerja informal lainnya.

“Saya tahu betul perjuangan mereka. InsyaAllah, ke depan kami akan memperhatikan pekerja sektor ini, yang selama ini turut meringankan beban sampah di kota ini,” kata Basit.

Ia juga menegaskan niatnya untuk menggandeng para pengepul dan komunitas pemulung agar sistem pengelolaan sampah bisa lebih manusiawi dan berkeadilan.

“Pemulung dan musisi jalanan bukan gangguan. Mereka bagian dari denyut kehidupan kota. Kita harus hadir, mendukung mereka, bukan menyingkirkan,” tandasnya.

Pelukan si nenek, alunan musik sederhana dari para pengamen, dan janji tulus dari seorang calon pemimpin menjadikan sore itu penuh makna dan harapan baru bagi masyarakat kecil di Kota Pangkalpinang. **