Embung Konservasi Kolong Pumpung Terancam, Petani Desak Pemerintah Sikapi Ekspansi Sawit

TROPEDO.ID — Sejumlah petani di daerah Tran Rias Kecamatan Toboali menyuarakan keresahan mereka terhadap perkembangan sawit dan pembukaan lahan besar-besaran untuk perkebunan sawit yang dilakukan di sekitar kawasan Embung Konservasi Kolong Pumpung, Kamis (24/4/2025).

Aktivitas tersebut dinilai berisiko mengganggu pasokan air irigasi yang menjadi sumber utama pengairan sawah warga.

Ris (51), salah satu petani yang sudah puluhan tahun menggarap sawah di daerah itu, mengaku khawatir sawah mereka akan mengalami kekeringan jika perluasan lahan sawit terus berlanjut.

“Para petani sawah khawatir, Bang. Perkebunan sawit dan pembukaan lahan besar-besaran untuk perkebunan sawit itu berdampak pada sawah kami. Bisa menyebabkan kekeringan,” ujar Ris saat ditemui tim media di area persawahan.

Embung Konservasi Kolong Pumpung selama ini menjadi penopang sistem irigasi alami bagi ratusan petani di kawasan tersebut. Embung ini juga berperan sebagai daerah tangkapan air yang menjaga kestabilan pasokan air tanah dan aliran ke sawah-sawah warga.

Namun, keberadaan embung terancam akibat perkebunan sawit dan pembukaan lahan yang dilakukan di sekitar wilayahnya.

Berdasarkan penelusuran di lapangan, diketahui bahwa puluhan hektare perkebunan sawit yang saat ini tengah dikembangkan di sekitar kawasan konservasi diduga dimiliki oleh TA Ketua Gapoktan, warga Desa Tran Rias dan AP warga Toboali 200 hektar perkebunan sawit di Ilir Bendungan Mentukul.

Meski demikian, pihak yang bersangkutan belum memberikan tanggapan resmi atas dugaan tersebut.

Aktivitas perkebunan sawit dan pembukaan lahan yang intensif dikhawatirkan dapat merusak ekosistem embung serta mengurangi daya serap dan cadangan air di kawasan tersebut. Hal ini dapat berujung pada menurunnya ketersediaan air irigasi, terutama saat musim kemarau.

Para petani mendesak pemerintah daerah dan instansi lingkungan hidup untuk segera meninjau langsung ke lapangan dan menilai dampak lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas perkebunan tersebut.

Mereka berharap ada kebijakan yang adil dan berimbang antara kebutuhan pembangunan dan kelestarian lingkungan.

“Kami bukan menolak usaha sawit, tapi mohon jangan korbankan sumber air yang jadi harapan kami. Kalau embung kering, sawah kami bisa gagal panen,” pungkas Ris dengan nada prihatin.

Hingga kini, para petani masih menunggu tanggapan dan tindakan dari pihak berwenang. Mereka berharap suara mereka didengar demi menjaga kelestarian lingkungan dan keberlangsungan pertanian di Desa Tran Rias yang merupakan lumbung padi di Bangka Selatan. (Tim)